Mendengar
kata Kos, sebagian orang pernah mengalami tinggal disana. Biasanya
orang kos karena memiliki tujuan untuk tinggal sementara di suatu
daerah, tempat orang-orang yang bersekolah dan bekerja di luar daerah
asalnya. Kamar kos pun bervariasi harganya dari harga yang murah sampai
harga yang mahal.
Pertama kalinya saya kos karena ingin belajar hidup mandiri, karena jarak tempat kerja dengan
orang tua kurang lebih 20 km. Walau jarak tersebut masih terlampau
dekat dapat ditempuh dengan sepeda motor ataupun angkutan umum.Namun
karena perjalanan yang cukup melelahkan, maka saya memutuskan untuk
mencari tempat kos.
Waktu
itu tahun 1998, saya mencari kos di kawasan Nusa Dua, karena ingin
lebih dekat dengan tempat kerja di SMKN 1 Kuta Selatan. Mengingat pada
saat itu saya baru bekerja sebagai CPNS di SMKN 1 Kuta Selatan. Yang
mana pada saat itu besaran gaji yang diterima sekitar 160 ribu rupiah
ditambah 10 kg beras. Jadi saya harus mencari kos-kosan dengan harga
40-60 ribu rupiah.
Alhamdulillah
saya mendapatkan kos dengan harga 40 ribu sebulan, lantai sudah keramik
hanya tembok plesterannya sudah pada rontok, kamar mandi dan dapur
dipakai secara umum. Setelah saya masuk ke kos, jumlah kamar kos yang
diisi hanya 2 kamar saja padahal ada 3 kamar.
Hidup
di kos ada enaknya, karena bisa lebih bebas mengatur hidup diri kita
sendiri, jika dibandingkan hidup dan tinggal bersama orang tua, kita
wajib mengikuti peraturan rumah yang ditentukan oleh orang tua.
Hidup
di kos dengan fasilitas kamar mandi yang dipakai secara umum, membuat
kita selalu mengantri setiap pagi jika semua penghuni kos dan juga tuan
rumah bangun pagi semua dan ingin bekerja pagi-pagi. Gak enaknya kalau
dapat bagian terakhir yang waktunya lebih siang, bisa terlambat masuk
kerja nich.
Untuk
dapur ada kejadian yang lucu, sehabis menggoreng di pagi hari, saya
menyimpan minyak sisa ke dalam gelas kecil dan diletakkan di dapur,
siang hari pulang kerja, ingin memasak air dan ingat dengan gelas isi
minyak, kok tidak ada di meja dapur? setelah tanya sana-sini ternyata
dibuang sama penghuni kos yang lain karena dikira teh. Tapi dalam hati
berkata, kok bisa ya ambil barang milik orang lain tidak minta ijin
dulu. Dan tidak jarang pisau dapur selalu berpindah tempat karena
dipinjam dengan tidak bilang-bilang sama yang empunya.
Wah..wah..wah..padahal
kalau dipikir, para penghuni kos yang lainnya sudah berkeluarga semua
dan hanya saya yang sendiri waktu itu masih jomblo. Tapi memiliki
perabotan dapur yang lumayan cukup bahkan melebihi dari jumlah yang
dimiliki para penghuni kos lainnya yang sudah berkeluarga.
Tapi
masalah itu tidak saya pikirkan, biarkan diikhlaskan saja, hanya akan
lebih baik jika kalau meminjam barang itu pada minta ijin.
Kegiatan
di kos yang paling menonjol untuk diri saya waktu itu adalah kegiatan
acara masak memasak sepulang bekerja. Pulang kerja siang hari pukul
14.00. Lalu Pukul 14.30 mulai memasak dan berakhir sekitar pukul 17.00
wita. Wow lumayan lama ya waktunya memasak. Karena memasaknya pada saat
itu menggunakan kompor minyak tanah. Masak nasi dengan melalui proses
penanakan beras di panci sampai air habis dan setengah matang lalu di
masak sampai matang dengan menggunakan dandang pengukusnya. Sungguh
waktu yang cukup lama dalam memasak. Setelah nasi matang, lalu membuat
sayur dan lauk pauk, buat sayur tidak tanggung-tanggung satu wajan penuh
he he..hidup sendirian di kos makannya banyak, tapi badan tidak bisa
gemuk-gemuk juga. Maklumlah yang dimasak menggunakan beras jatah dengan
kualitas yang kurang baik. Dan kejadian paling lucu adalah saat memasak
nasi waktu menunggu matangnya, kadang diambil sedikit pakai sendok dan
dilemparkan ke tembok, kalau nasinya nempel berarti sudah matang, di
samping itu ada kejadian saat membuka tutup dandang, tidak sengaja uap
panas dari dandang kehirup, akhirnya yang terjadi hidung jadi merah dan
sedikit lecet…wow jadi memalukan deh, karena hidungnya jadi berwarna merah.
Jadi
waktu sehari-hari di kos lebih banyak di dapur untuk memasak, dan
Alhamdulillah akhirnya dengan secara tidak langsung dapat ilmu belajar
memasak dengan sendirinya dan juga banyak bertanya pada ibu saat pulang
ke rumah apa resep ini dan apa resep itu yang nantinya bisa dipraktekkan
di tempat kos. Lama-lama bisa jadi Koki di Kos kalau sering memasak.
Tapi itu merupakan pengalaman yang mengesankan sewaktu menjalani kos
sebagai seorang bujangan.
Jimbaran, 11 April 2013
Fibri Aryanto,A.Md
1 komentar:
Nasib anak kos.,..:) memang susah jadi anak kos:) mending bisa masak gan, kalau saya dulu ga boleh masak di kos.
Posting Komentar