Sabtu, 25 Mei 2013

Belajar Jadi Koki di Kos

Mendengar kata Kos, sebagian orang pernah mengalami tinggal disana. Biasanya orang kos karena memiliki tujuan untuk tinggal sementara di suatu daerah, tempat orang-orang yang bersekolah dan bekerja di luar daerah asalnya. Kamar kos pun bervariasi harganya dari harga yang murah sampai harga yang mahal.
Pertama kalinya saya kos karena ingin belajar hidup mandiri, karena jarak tempat kerja dengan orang tua kurang lebih 20 km. Walau jarak tersebut masih terlampau dekat dapat ditempuh dengan sepeda motor ataupun angkutan umum.Namun karena perjalanan yang cukup melelahkan, maka saya memutuskan untuk mencari tempat kos.
Waktu itu tahun 1998, saya mencari kos di kawasan Nusa Dua, karena ingin lebih dekat dengan tempat kerja di SMKN 1 Kuta Selatan. Mengingat pada saat itu saya baru bekerja sebagai CPNS di SMKN 1 Kuta Selatan. Yang mana pada saat itu besaran gaji yang diterima sekitar 160 ribu rupiah ditambah 10 kg beras. Jadi saya harus mencari kos-kosan dengan harga 40-60 ribu rupiah.
Alhamdulillah saya mendapatkan kos dengan harga 40 ribu sebulan, lantai sudah keramik hanya tembok plesterannya sudah pada rontok, kamar mandi dan dapur dipakai secara umum. Setelah saya masuk ke kos, jumlah kamar kos yang diisi hanya 2 kamar saja padahal ada 3 kamar.
Hidup di kos ada enaknya, karena bisa lebih bebas mengatur hidup diri kita sendiri, jika dibandingkan hidup dan tinggal bersama orang tua, kita wajib mengikuti peraturan rumah yang ditentukan oleh orang tua.
Hidup di kos dengan fasilitas kamar mandi yang dipakai secara umum, membuat kita selalu mengantri setiap pagi jika semua penghuni kos dan juga tuan rumah bangun pagi semua dan ingin bekerja pagi-pagi. Gak enaknya kalau dapat bagian terakhir yang waktunya lebih siang, bisa terlambat masuk kerja nich.
Untuk dapur ada kejadian yang lucu, sehabis menggoreng di pagi hari, saya menyimpan minyak sisa ke dalam gelas kecil dan diletakkan di dapur, siang hari pulang kerja, ingin memasak air dan ingat dengan gelas isi minyak, kok tidak ada di meja dapur? setelah tanya sana-sini ternyata dibuang sama penghuni kos yang lain karena dikira teh. Tapi dalam hati berkata, kok bisa ya ambil barang milik orang lain tidak minta ijin dulu. Dan tidak jarang pisau dapur selalu berpindah tempat karena dipinjam dengan tidak bilang-bilang sama yang empunya.
Wah..wah..wah..padahal kalau dipikir, para penghuni kos yang lainnya sudah berkeluarga semua dan hanya saya yang sendiri waktu itu masih jomblo. Tapi memiliki perabotan dapur yang lumayan cukup bahkan melebihi dari jumlah yang dimiliki para penghuni kos lainnya yang sudah berkeluarga.
Tapi masalah itu tidak saya pikirkan, biarkan diikhlaskan saja, hanya akan lebih baik jika kalau meminjam barang itu pada minta ijin.
Kegiatan di kos yang paling menonjol untuk diri saya waktu itu adalah kegiatan acara masak memasak sepulang bekerja. Pulang kerja siang hari pukul 14.00. Lalu Pukul 14.30 mulai memasak dan berakhir sekitar pukul 17.00 wita. Wow lumayan lama ya waktunya memasak. Karena memasaknya pada saat itu menggunakan kompor minyak tanah. Masak nasi dengan melalui proses penanakan beras di panci sampai air habis dan setengah matang lalu di masak sampai matang dengan menggunakan dandang pengukusnya. Sungguh waktu yang cukup lama dalam memasak. Setelah nasi matang, lalu membuat sayur dan lauk pauk, buat sayur tidak tanggung-tanggung satu wajan penuh he he..hidup sendirian di kos makannya banyak, tapi badan tidak bisa gemuk-gemuk juga. Maklumlah yang dimasak menggunakan beras jatah dengan kualitas yang kurang baik. Dan kejadian paling lucu adalah saat memasak nasi waktu menunggu matangnya, kadang diambil sedikit pakai sendok dan dilemparkan ke tembok, kalau nasinya nempel berarti sudah matang, di samping itu ada kejadian saat membuka tutup dandang, tidak sengaja uap panas dari dandang kehirup, akhirnya yang terjadi hidung jadi merah dan sedikit lecet…wow jadi memalukan deh, karena hidungnya jadi berwarna merah.
Jadi waktu sehari-hari di kos lebih banyak di dapur untuk memasak, dan Alhamdulillah akhirnya dengan secara tidak langsung dapat ilmu belajar memasak dengan sendirinya dan juga banyak bertanya pada ibu saat pulang ke rumah apa resep ini dan apa resep itu yang nantinya bisa dipraktekkan di tempat kos. Lama-lama bisa jadi Koki di Kos kalau sering memasak. Tapi itu merupakan pengalaman yang mengesankan sewaktu menjalani kos sebagai seorang bujangan.
Jimbaran, 11 April 2013
Fibri Aryanto,A.Md

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nasib anak kos.,..:) memang susah jadi anak kos:) mending bisa masak gan, kalau saya dulu ga boleh masak di kos.