Kamis, 10 April 2014

Mengemis : Pekerjaan Paling Tidak Terhormat

Sebuah berita yang menghebohkan terjadi di Jakarta pada saat penertiban para pengemis yang beroperasi, di mana pada saat itu terdapat pengemis yang memiliki uang sebesar 25 juta rupiah yang di simpan di dalam gerobaknya. Dialah Pak Walang, yang menurut pengakuannya uang banyaknya itu diperoleh dari hasil menjual sapi saat dia berada di kampung dan sisanya hasil dari mengemis . Penghasilan per hari selama Pak Walang mengemis adalah 150 ribu rupiah sehari. Ia bersama bersama temannya Sa’aran (70)ditangkap di Pancoran, Jakarta.
Sungguh mengejutkan semua pihak, karena penghasilan pengemis dapat melebihi penghasilan para pegawai kantoran. Jadi kebijakan Jakarta untuk melarang para pemberi sedekah untuk memberi sedekahnya kepada para pengemis di jalan sudah tepat. Karena sebagian besar pengemis di Jakarta mempunyai penghasilan yang besar. Dan ini tidak mendidik para pengemis untuk dapat mandiri tanpa harus menjadi pengemis.Maka tidak jarang kita temukan dan dengarkan adanya pengemis yang terorganisir. Itu karena memang pendapatan dari mengemis di Jakarta memang sangat besar, karena banyak para dermawan yang menyedekahkan buat mereka. Dan sungguh ironis, jika para pengemis yang di sedekahi ternyata adalah pengemis yang memiliki kekayaan. Tapi tidak salah para dermawan bersedekah, karena mereka niatnya ikhlas bersedekah.
Melihat kondisi demikian, Pemerintah DKI melarang para dermawan untuk sedekah kepada para pengemis dan para penyandang masalah kesejahteraan social lainnya atau PMKS. Apabila suatu saat ditemukan orang bersedekah di jalan kepada pengemis, para dermawan tersebut akan diancam kurungan 60 hari kurungan penjara atau denda maksimal 20 juta rupiah. Hal ini untuk mencegah membludaknya para pengemis masuk menyerbu Jakarta, karena mereka bekerja hanya mengharap belas kasihan orang lain dan tidak jarang mereka melakukan penipuan dengan penampilan yang cukup memelas dan berpura-pura memiliki cacat tubuh sehingga orang akan merasa iba untuk member sedekah kepadanya.
Untuk itu para dermawan yang bijak, alangkah baiknya dana sedekahnya disalurkan melalui lembaga-lembaga penyalur sedekah atau ke yayasan pengelola anak yatim piatu secara langsung atau door to door melalui ketua RT setempat, sehingga tidak ada lagi orang-orang yang mengemis di jalan-jalan lalu diberi uang dengan cuma-cuma, karena mereka akan selalu tangannya dibawah menunggu pemberian dari tangan yang diatas. Dan untuk para penyandang masalah kesejahteraan social, masih lebih terhormat jika mereka melakukan pekerjaan menjadi pemulung sampah, yang memilah-milah barang-barang bekas yang ada di tempat sampah, dapat mereka jual dan dibuat kreasi aneka macam ketrampilan yang dapat dijual kembali, daripada mereka menjadi pengemis di jalan raya, yang dapat merusak keindahan pemandangan kota, dan mengemis merupakan pekerjaan yang paling tidak terhormat karena mengharap belas kasihan orang lain, membuat mereka tidak bisa mandiri dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Untuk itu Pemerintah DKI khususnya dan Pemerintah Daerah lain pada umumnya, agar menjaring dan menertibkan para pengemis dan memberikan sejumlah keterampilan kepada mereka, agar mereka ke depannya dapat mandiri dengan ketrampilan yang dimilikinya.

Jimbaran, 30 November 2013
Fibri Aryanto,A.Md

Tidak ada komentar: